MERAWAT MODAL KEHIDUPAN MASA DEPAN


Lingkungan hidup yang kita kenal dan setiap hari berinteraksi ini terbagi atas dua unsur, yaitu unsur biotik serta abiotik. Komponen tersebut terbentuk secara alamiah, baik terjadi karena sentuhan makhluk hidup maupun siklus kehidupan. Manusia mengairi daerah yang kering dengan mengalirkan sungai dengan alat tertentu dan terjadilah kesuburan tanah yang merata. Contoh lain peristiwa sehari-hari adalah hujan membuat batu yang awalnya sangat kasar menjadi licin.
Tentunya semua alur tersebut terjadi dengan menguntungkan berbagai pelaku yang terlibat di dalamnya. Masalahnya sekarang ini banyak disekitar kita kurang peduli terhadap lingkungan sehingga siklus kehidupan tersebut terganggu dan mengakibatkan ketidakseimbangan dalam berinteraksi antar makhluk hidup maupun benda mati. Kalangan masyarakat perkotaan menjadi kelompok terbesar penyebab rusaknya berbagai ekosistem seperti membangun rumah di atas tanah produktif, limbah industri besar, sampah rumah tangga, asap kendaraan bermotor, hingga eksploitasi kawasan tambang yang berlebihan.
Beda habitat, beda juga masalah yang ditimbulkan akibat aktivitas manusia. Dataran tinggi dan pegunungan memiliki persoalan seperti petani yang tidak menggunakan sistem terasering dalam pengolahan tanah, hingga para pendaki pada saat perjalanan selalu meninggalkan sampah plastik dengan jumlah yang banyak. Lingkungan perkotaan adalah kawasan permukiman penduduk dengan penyumbang sampah terbanyak seperti limbah air cucian, plastik bungkus makanan, pecahan kaca, sisa produksi restoran, hingga limbah medis.
Banyak penyebab manusia modern bertindak demikian, salah satu penyebabnya adalah penggunaan plastik yang berlebihan. Mengapa bisa terjadi? Apa solusi yang bisa membantu permasalahan tersebut?
Banyak sebab dan akibat dari kurang sehatnya bumi sebagai tempat tinggal manusia, salah satunya adalah fenomena plastik sebagai alternatif praktis dalam kemasan dan produk sehari-hari. Berita terbaru bisa dilihat di website Greenpeace Indonesia tentang gerakan mereka mengerahkan kapal untuk upaya penanggulangan menyaring sampah yang ada terutama plastik. Pada artikel tersebut disebutkan, bahwa sudah banyak perusahaan yang menciptakan monster plastik. Terhitung sudah sekitar 90% plastik belum pernah dilakukan daur ulang, dan yang lebih parah kegiatan itu terus-menerus dilakukan, serta kebiasaan untuk memproduksi dari hal yang baru tanpa mendaur ulang produk plastik yang telah ada.
Bermuara dari energi sebagai salah satu bidang yang menjadi perhatian utama, karena sumber penggunaan itulah alam menjadi korban. Banyak energi dari bumi dimanfaatkan oleh manusia, seperti minyak mentah, air, berbagai hasil pertambangan, hingga gas alam tentu berdampak bagi lingkungan kehidupan di sekitarnya.
Berdasar artikel yang dipublikasikan oleh Bank Dunia tentang analisis bertema Energi dan Perubahan Iklim, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan menjadi faktor pendorong kebutuhan akan listrik yang meningkat tujuh persen per tahun. Ketimpangan antara pertumbuhan kebutuhan tersebut dengan penyediaan listrik menyebabkan penggunaan batu bara yang notabene adalah sumber daya alam penyebab fenomena gas rumah kaca semakin meningkat, seiring dengan waktu eksplorasi terus-menerus.
Data yang didapat mereka menunjukkan bahwa perkembangan kebutuhan sektor energi dan kelistrikan menyebabkan tingkat emisi bahan bakar fosil negara kita akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2030. Fakta ini menunjukkan bahwa belum banyak yang menyadari dampak negatif dari kebiasaan lama yang mengambil batu bara dan sumber daya alam lain yang tidak bisa diperbarui sebagai bahan baku dari kebutuhan berbagai bidang.
Sehari-hari kita tidak bisa lepas dari namaya energi. Listrik, air, dan masih banyak lagi sumber daya yang membantu kehidupan manusia. Melalui banyak energi itulah penggunaan perlu diperhatikan, tentu harus bijak. Setiap malam selalu menggunakan lampu, mengisi daya ponsel pintar, komputer jinjing, kulkas, mesin cuci, hingga peralatan dapur. Di dalam rumah sampai di tempat umum pemakaian listrik merupakan bagian dari kehidupan modern.
Banyak alternatif untuk mengurangi ketergantungan kita sebagai manusia untuk berhemat dan bijak dalam menggunakan berbagai energi tersebut. Sebagai contoh listrik dari panel surya yang notabene tidak merusak lingkungan, penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sekaligus untuk mengalirkan sungai ke sawah-sawah, kembali menggunakan bahan bakar kendaraan ramah lingkungan, dan merawat kelestarian alam di sekitar.
Sudah selayaknya bumi dan lingkungan mendapat balas budi dari manusia yang telah mengambil manfaat dan hasil dari mereka, dengan merawat, menjaga, serta menghindari kerusakan yang ditimbulkan akibat eksploitasi alam besar-besaran, sehingga generasi yang akan datang masih bisa merasakan apa yang kita rasakan.

Oleh: Muchammad Imam Buchori - FLP Karanganyar

No comments:

Post a Comment

Pages